makalah sejarah peradaban islam 3 Kerajaan Besar
MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM TIGA
KERAJAAN BESAR
Oleh:
Nanik Isnatul Rahmawati
16680045
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................................
B.
Tujuan...................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Peradaban kerajaan Turki
Utsmani..........................................................
B.
Sejarah Peradaban kerajaan Safawi....................................................................
C.
Sejarah Peradaban kerajaan Mughol......................................................................
BAB
III
PENUTUP...............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah
peradaban tidaklah lepas dengan zaman keemasan dan zaman kehancuran, sama
halnya dengan takdir roda adakalnya di bawah dan adakalanya di atas,akan tetapi
proses perpindahan dari berada di bawah hingga berada diatas tidaklah hal yang
mudah, sama halnya degan perdaban islam proses permulaan yang dirintis oleh
nabi muhammad, di kembangkan khaliafaur rasyidin dan dinasti ummmayah, hingga
zaman keemasan bagi dunia pada periode dinasti abbasiyah dan dinasti ummayah
andalusia, berbagai kemajuan yang di dapatkan melalui lahirnya ilmuan-ilmuan
islam, akan tetapi zaman ini di kenal dengan zaman kegelapan di kalangan orang
barat, dan setelah zaman itulah islam mengalami kahancuran dengan tanda hancurnya dinasti abbasiyah di baghdad,
hal ini menjadi titik roda di atas bagi kalangan orang barat.
Dari sejarah
peradaban itulah islam mengalami kehancuran, akan tetapi dari zaman itulah
harus adanya kembali perintis dikalangan islam, dan munculnya kembali peradaban islam di tandai
dengan munculnya tiga kerajaan besar pada saat itu, kerajaan tersebut ialah
kerajaan turki utsmani, kerajaan mongol, dan kerajaan safawi.
Untuk memahami
bagaimana keadaan islam pada zaman tersebut, perlu kiranya adanya pendalaman
keilmuan yang dilakukan, oleh karena itu kami menyusun makalah ini sebagai
metode yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang ketiga kerajaan besar
tersebut.
B.
TUJUAN
1.
Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam tentang Kerjaan Turki Utsmani
2.
Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam pada masa Kerajaan Mongol.
3.
Dan Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam periode Kerajaan
Safawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH PERADABAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
1.
.Terbentuknya Khilafah Turki Utsmani Dan Era Perintisan..
Tatkala urhughril, ayah dari utsman,
melarikan diri bersama keluarganya yang berjumlah sekitar 100 keluarga
menghindarkan serangan orang-orang mongolia, tiba-tiba dia melihat dengan jelas
sebuah keributan. Tatkala mendekati lokasi keributan itu, disana dia mendapati
satu pertempuran sengit antara kaum muslimin dan orang nasrani. Ketika itu,
penduluan kemenangan berada di pihak orang-orang byzantium. Melihat kenyataan
tersebut, hati urtughril terdorong untuk menolong saudara-saudaranya kaum
muslimin. Bantuan ini ternyata menyebabkan kemenangan di pihak kaum muslimin
atas orang-orang nasrani.
Sesuai pertempuran, kemanndan
pasukan saljuk memberi penghargaan atas setiap sikap dan bantuan urtughril
bersama rombongan. Dia memberikan sebidang tanah di perbatasan romawi. Selain
itu, dia diberikan wewenang menaklukkan wilayah-wilayah yang telah berada di
bawah kekuasaan romawi.dengan demikian, pemerimntahan saljuk telah berhasil
membentk sekutu baru, dalam berjihad melawan orang-oran romawi. Persekutuan
antara saljuk dan negeri baru yang terjalin kuat, arena adanya satu musuh
bersama (common enemy).
Aliansi itu terus berjalin kuat
selama masa hidup urtaghril.urtagril sendiri meninggal tahun 699 H /1299 M.
Setelah meninggal dia digantikan oleh anaknua ustman, yang mana utsman lahir
pada tahun 656 H/1267 M . Utsman inilah yang menjadi nisbat (ikon) kekuasaan
khilafah utsmaniyah( yang di anggap sebagai pendiri khilafah utsmaniyah), lalu
setelah utsman meninggal digantikan oleh puteranya orkhan.
o
Sultan Orkhan Bin Utsmani
Adapun pencapaian yang dilakukan oleh orkhan:
·
Pembentukan tentara mujahidin baru( stiap 20% rampasan perang untuk
kemileteran)
·
Menerbitkan administrasi
·
Membangun masjid-masjid
·
Akademi-akademi ilmu pengetahuan.
·
Usaha untuk menguasai wilayah-wilayah byzantium.
o
Sultan Murad 1
Adapun
pencapaian yang dilakukan oleh murad 1:
·
Penaklukan andranople(kota kedua dari kekaisaran byzantium, yang di
jadikan sebagai ibu kota pemerintahan utsmani.
·
Penaklukan wilyah-wilayah(turaqiya,mwercedonia, bulgari, dan
serbia).
·
Memperluas wilayah hingga mencapai 5 kali lipat dari wilayah yang
di turunkan oleh ayahnya.
o
Sultan bayazid 1 (sang kilat)
Adapun
pencapaian yang dilakukan oleh Sultan bayazid 1:
·
Hubungan bilateral antara utsmani dan serbia
·
Pengepungan konstantinopel,(target utama dari bayazid dengan
terfokusnya dalam pengepungan itu tak terduga serangan dari sama-sama erajaan
muslim yaitu timurlenk)
o
Dari peperangan antara pasukan bayazid dan timurlenk, pasukan
bayazid mengalami kekalahan dan bayazid sendiri di tahan oleh tentara timurlek
hingga wafat setahun kemudian, belumpuas dengan kekalahan itu timurlenk mengadu
domba antara putra-putra bayazid hingga 10 tahun yang mana timurlenk hanya
menduduki utsmani selama 1 tahun, dar tragedi inilah membuat bani utsmani
murung dalam kesedihan berlarut-larut.
o
Sultan muhammad 1(pendiri kedua pemerintahan utsmani)
Sultan
muhammad mempunyai beberapa gelar:
·
“Pendiri kedua pemerintahan utsmani” diperoleh karena dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan saudara-saudranya.
·
“al bathol”(sang pahlawan)di dapatkan karena amal-amal sosialnya
·
“jalabi” ( kesatria, dan berani) yang diberikan oleh rakyatnya.
Pada masa ini
pula munculnya gerakan aliran sesat badruddin, tapi masalah ini dapat di atasi
dan badruddin di jatuhi hukuman mati dengan dipacung di bawah kilatan pedang
tajam.
o
Sultan murad II
Pada masa ini
terjadi kekalahan perang tentara utsmani melawan pasukan silabis yang
menyebabkan kerugian besar khilafah utsmani( perjanjian antara utsmani dan
silabis), kejadian menyababkan murud mundur dari posisi sultan dan meenyerahkan
kepada anaknya muhammad (masih berusia 14 tahun).
Pasukan bilabis
membatalkan perjanjian itu di karenakan berbagai hal, dan akan mengusir
orang-orang islam di eropa sehingga menyebabkan ketakutan yang luar biasa maka
keluarlah sultan murad II dari pengasingannya dan dapat menstabilkan keadaan
tersebut, mundurnya murad II dari posisi sultan tejadi hinnga dua kali dan
ahirnyapun mnduduki tahta lagi.
2. Kepemimpinan
Muhammad Al Fatih Dan Penaklukan Konstatinopel.
Pada masa ini
adalah masa dimana cita-cita menaklukan konstatinopel,karena konstatinopel
memilik posisi terpenting di mata dunia pada saat itu sehingga pada masa
kepemimpinan muhammad al fatih ini dipenuhi dengan persiapan penaklukan
konstatinopel, di antaranya:
·
Memperkuat kekuatan mileter utsmani baik dari segi jumlah,
memperkuat pelatihan,memperkuat pasukan dengan para ulama, dari infrasruktur
angkatan perang senjata mutakhir,
srategi canggih, dan membangun benteng romali hishar.
·
Memperhatikan sisi ruhiyah dan penanaman semangat jihad dalam
pasukan.
·
Melakukan kesepakatan dengan negara rival yang bertujuan agar bisa
berkonsentrasi menghadapi satu musuh.
Dan berkobarlah
perang, dipertengahan perang tersebut sultan mempunyai ide jenius yang mana di
juluki sebagai “maha karya besar di dunia meliter” yaitu memindahkan
kapal-kapal dari pangkalan armada utsman di bayskatasy ke tanduk emas, dimana
antara pelabuhan ini terpisah dengan daratan yang luas. Dan rencana ini
menggunakan kayu yang di minyak danlemak sehingga rencana ini berhasil hanya
dengan satu malam dengan jumlah kapal lebih dari 70 kapal.dan hal ini membuat
orang byzantium kaget dan tak seorangpun percaya akan ihal tersebut. Setelah
itu usaha-usaha yang di lakukan sultan muhammad al fatih:
·
Strategi peang urat syaraf
·
Strategi membuat trowongan
·
Srategi membuat benteng bergerak dari kayu
Hal- hal
tersebutlah yang mengantarkan khilafah utsmani menaklukkan konstatinopel.
3. Masa Tanzimat (1839-1876 M)
Tanzimat
merupakan suatu gerakan pembaharuan sebagai kelanjutan dari kemajuan yang telah
dilakukan oleh Sultan Sulaiman (1520-1566 M) yang termasyhur dengan nama al-Qanuni.
Namun pembaharuan yang sebenarnya lebih membekas dan berpengaruh pada masa
Sultan Mahmud II (1808-1839 M).14 Ia memusatkan perhatiannya pada berbagai
perubahan internal diantaranya dalam organisasi pemerintahan dan hukum.
Dikotomi lembaga peradilan pada masa Sultan
Mahmud II memberikan indikasi sudah adanya pemisahan urusan agama dan urusan
dunia. Kemunculan tanzimat dilatarbelakangi oleh:
1. Khusus bidang hukum terjadinya
persentuhan hukum Barat dan hukum Islam
2. Muncul para tokoh tanzimat17 yang
ingin membatasi kekuasaan Sultan yang absolut.18
Disamping
itu pada masa ini kondisi masyarakat terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1.Tradisional, yang mempertahankan dan membangun
pemikiran berdasarkan fiqh dan berpijak pada mazhab yang ada. Karena fiqh
dianggap telah mapan dan sempurna sehingga
mereka berpendapat mazhab ini harus dikembangkan dan disosialisasikan.
2. Modernisme, yang menawarkan agar fiqh perlu
diseleksi dan dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
3. Reformasi, melontarkan gagasan, bahwa fiqh yang
ada tidak mampu merespon berbagai perkembangan yang muncul sebagai akses
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang multi dimensionalitas. Oleh
karena itu diperlukan fiqh baru, yang menafsirkan nash secara
kontekstual.19
Agaknya
keadaan masyarakat ini juga mempengaruhi munculnya pembaharuan lebih-lebih
lapisan modernisme dan reformasi. Realisasi pembaharuan ini dimulai dengan
diumumkannya Piagam Gulhane (Khatt-i Syarif Gulhane) pada
tanggal 3 Nopember 1839 M, kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Piagam Humayun (Khatt-i Syarif al-Humayun)pada tahun 1856 M.20
Gerakan ini terjadi pada masa Sultan Abdul Majid (1839-1861 M) putra Sultan
Mahmud II. Piagam Gulhane berisikan berbagai bentuk perubahan yang pada masa
permulaan kerajan Turki Usmani, syari’at Islam dan Undang-undang Negara
dipatuhi, sehingga negara menjadi kokoh dan kuat. Untuk kembali pada masa
tersebut, maka perlu diadakan perubahan-perubahan yang membawa kepada
pemerintahan yang baik, yaitu:
1. Terjaminnya ketentraman hidup,
harta kehormatan dan warga negara.
2. Peraturan mengenai pemungutan
pajak.
3. Peraturan mengenai kewajiban dan
lamanya dinas meliter
B.
PERADABAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
1. Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai
puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada
kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi ini terus di
pertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadi suatu gerakan politik dan menjadi
sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan
Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani (Yatim, 1998:138).
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua
kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan
ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara.
Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama
terbentuknya negara Iran dewasa ini .
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan
tarekat yang berdiri di daerah Ardabil kota Azerbaijan (Holt dkk, 1970:394).
Tarekat ini bernama Safawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah
satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Pada awalnya tarekat ini
bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi
orang-orang ahli bid'ah (Hamka, 1981:79). Tarekat ini menjadi semakin penting
setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah)
sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya
keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan
ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi'ah). Karena itu, lama
kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik
dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari prajurit akhirnya mereka memasuki
Dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi
memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan
penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki, yang
akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di
tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AKKoyunlu,
juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu
menguasai sebagian besar Persia (Holt, 1970:396).
Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil
tapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang
dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran
tersebut (Brockelman, 1974:494). Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar
secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun
Hasan dan lahirlah Isma'il yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi
di Persia dan mengatakan bahwa Syi'ahlah yang resmi dijadikan mazdhab kerajaan
ini. Kerajaan inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran
(Yatim, 2003:139-140).
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh
Haidar di pandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu setelah ia menang dari
Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia
dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan,
sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh (Holt, 1970:396). Ali, putera dan
pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya'kub pemimpin AK Koyunlu
menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya
di Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu
dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah dapat
dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam
berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M) (Holt,
1970:397).
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan
Safawi di serahkan pada Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya
bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di
persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih)
di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan
mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja
pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I (Brockelmann, 1974:398).
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun
pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) .
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi
politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke
daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail berusaha merebut dan
mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi dalam
peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang di pimpin
oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan
pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer
Turki di negerinya (Hassan, 1989:337).
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail. Akibatnya dia berubah, dia lebih senang menyendiri,
menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan itu berdampak negatif bagi
kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh
untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusuku Turki, pejabat
keturunan Persia dan Qizibash (Yatim, 2003:142).
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu
baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M).
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan
Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan
tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki
Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu
Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu
Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat
itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul
(Borckelmann, 1974:503).
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Kemajuan yang di capai kerajaan Safawi tidak
hanya terbatas di bidang politik, melainkan bidang lainnya juga mangalami
kemajuan. Kemajuan-kemajaun itu antara lain :
1. Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan
penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi
Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara
Barat dan Timur. Di samping sector perdagangan, Safawiyah juga mengalami
kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan
Sabit yang sangat subur (Fertille Crescent).
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai
bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang
kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota
kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang
diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan
kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda
seni lainnya.
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi
berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas
II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II
(1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi
kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi
Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang
raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain
sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya
kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan
Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan
Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah
raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam
terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh
terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi
kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).Pemberontakan bangsa Afghan tersebut
terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil
merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil
Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia
dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu
merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman
Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya
menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak Husein).
Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M,
ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah
Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein
menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan (Holt, 1970:426).
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia (Holt, 1970:428-429).
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia (Holt, 1970:428-429).
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda
sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses
kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi
kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri
menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
C.KERAJAAN MUGHAL di INDIA
1. Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughol berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Kerajaan Mughol di India dengan Delhi sebagai
ibu kotanya, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari
cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa
Ferghana. Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun.
Karena dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi
akan menaklukan kota terpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya
Babur mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi kala
itu yaitu Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Pada tahun
1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan).[12] Babur juga mampu menguasai Punjab (1525
M), kemudian menguasai Delhi setelah bertempur di Panipat sebagai pemenang.
Dengan demikian, Babur dapat menegakkan pemerintahannya di sana, maka
berdirilah kerajaan Mughol di India(1525M).
2. Perkembangan Kerajaan Mughal
Sepeninggalan babur tahun 1530 M, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh
anaknya yang bernama Humayun. Walaupun Babur telah berhasil menegakkan Mughal
dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja menghadapi tantangan. Selama roda
kepemimpinannya, kondisi pemerintahan tidak pernah stabil. Selain banyak
menghadapi peperangan, ia harus menghadapi gerakan pemberontakan Bahadur
Syah penguasa Gujarat dan pertempuran besar dengan Sher Khan di Kanauj
pada tahun 1540 M. dan pada tahun 1556 M, Humayun meninggal dunia.
Selanjutnya Humayun
digantikan anaknya yaitu Akbar yang berusia 14 tahun, karena ia masih muda maka
urusan kekeuasaan diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa Akbar
inilah kerajaan Mughal mencapai keemasannya.
Setelah Akbar dewasa,
Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat
kuat dan terlampau memaksakan aliran Syi’ah. Dan bairam mengarakan pemberontakan pada tahun 1561 M, tetapi tetap bisa
dikalahkan oleh Akbar.
Keberhasilan ekspansi
militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai kerajaan yang besar, karena
dua gerbang India yaitu Abul dan kota kandahar dikuasai oleh Akbar. Kemajuan yang telah dicapai oleh Akbar dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jhangir (1605-1628 M), Syah
Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M). Ketiganya merupakan raja-raja
besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer yang sangat besar.
3.Sistem pemerintahan Dinasti Mughal
System pemerintahan pada masa Akbar adalah
bersifat militeristik dimana pusat pemerintahan dipegang oleh raja,
pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar (kepala komandan) sedangkan sub
distrik dipimpin oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga memakai
jenjang militer yang mewajibkan para pejabatnyauntuk mengikuti latihan
militer.kebijakan politik yang dipakai Akbar adalah sulh-e-kul yaitu
toleransi universal yang memandang semua rakyat derajatnya sma tanpa
membedakan perbedaan agama, ras, suku maupun etnis. Akbar juga membentuk
mansaddharis yaitu lembaga pelayanan umum yang berkewajiban menyiapkan
segala urusan kerajaan. Anggota- anggota ini terdiri dari berbagai etnisyang
ada, yakni Turki, afghan , Persia dan Hindu. Dalam bidang Agama Akbar membentuk
Din Ilahi yaitu menjadikan semua agama di India menjadi satu yang bertujuan
untuk kepentingan stabilitas politik, Usaha akbar untuk merealisasikan ajaran
ini adalah dengan mengawini wanita-wanita Hindu, berkhutbah dengan menggunakan
syimbol Hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan Khitan, dan
melarang menyembelih maupun memakan daging sapi.
Pada masa pemrintahan Aurangzeb banyak
perbedaan pada kebijakan-kebijakan yang telah dirintis oleh raja-raja
sebelumnya, terutama menyangkut hubungan dengan orang-orang Hindu.Aurangzeb
adalah penguasa Mughal pertama yang melarang minuman keras, perjudian,
prostitusi dan narkotika.Dia juga
melarang wanita untuk stidaho, yaitu pembakaran diri seorang janda yang
ditinggal mati suaminya. Aurangzeb juga melarang pertunjukan music di Istana,
membebani non muslim dengan pajak untuk memperoleh hak memilih, menyuruh
perusakan kuil-kuil Hindu dan mempelopori kondifikasi Hukum yang dikenal dengan
fatwa-i-Alamghiri.
4. Kemajuan Kerajaan Mughal
a. Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal dapat
mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di sektor
pertanian, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Hasil
pertanian yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu,
sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
b. Bidang Seni
1) Karya seni yang menonjol adalah
karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun India. Penyair yang terkenal adalah Malik Muhammad
Jayazi.
2) Karya-karya arsitektur yang
indah dan mengagumkan antara lain:
- Istana Fatpur
Sikri di Sikri, Cila dan Masjid-masjid yang indah pada masa Akbar
- Taj Mahal di
Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore pada masa Syah Jehan.
c.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan
tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh
Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang
dikenal dengan sebutan Fatawa –i-Alamgiri.
5 . Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa factor
yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal itu mundur pada satu setengah abad
terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah: [13]
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritime Mughal. Begitu juga kekuatan
pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan
Mughal sendiri.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide
puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar
diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah
dalam bidang kepemimpinan.
BAB III
PENUTUP
Setelah
berkuasa kurang lebihlima abad. Dinasti abbasiyah mengalami masa masa suram
yang diakibatkan karena para khalifah Abbasiyah pada periode akhir yang lebih
mementingkan kepentingan pribadi ketimbang masyarakat umum. Mereka sering
melalaikan tugas tugas sebagai pemimpin dan kepala Negara.
Kenyataan tersebut menyebabkan
beberapa konflik dan perpecahan yang akhirnya menimbulkan pemberontakan
pemberontakan yang kemudian masing masing mendirikan kerajaan kerajaan.
Munculnya kerajaan kerajaan ini sedikit banyak memperlemah kekuasaan dan wibawa
kerjaan bani Abbas. Pada saat semua mengalami kelemahan, kekuatan baru datang
dan berusaha menghancurkan dinasti Abbasiyah yaitu kekuatan bangsa Mongol
dibawah pimpinan Hulaghu Khan, kota Baghdad sebagai Ibu kota Dinasti Abbasiyah
siserang oleh bangsa Mongol (1258 M) yang menandai akhir dari masa kekuasaan
DInasti Abbasiyah
Di periode yang dikenal dengan masa
kemunduran dengan hancurnya Dinasti Abbasiyah
terdapat beberapa wilayah yang mengembangan kekuasaan islam dan membangun
peradaban islam . diantara wilayah yang mengembangkan diri menjadi dinasti
besar adalah Persia, dengan Dinasti Safawi ,India dengan Dinasti Mughal, dan
Asia kecil dengan dinasti Turki Usmani. Ketiga dinasti ini di dalam sejarah
islam dikenal dengan sebutan Tiga Kerajaan Besar. Masing masing berusaha
mengembangkan peradaban Islam. Di antara hasil peradaban islam yang
dikembangkan di kerajaan Syafawi adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
lahirnya beberapa ilmuan muslim. Selain itu, terjadi perkembangan seni bangunan
dan arsitektur yang diwujudkan dalam bentuk istana Chilil Sutun
Sementara perkembangan peradaban
Islam pada masa Mughal di India adalah peninggalan yang sangat monumental yaitu
Tajmahal yang dibangun semasa Raja Syeh Jehan. Sedang peninggalan peradaban
Islam yang diwariskan kerajaan Turki Usmani , selIn teknik militer, juga seni
bangunan yang terdapat pada masjid masjid yang dibangun seperti Masjid Aya Sopia, Masjid Jami’
Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abu Ayyub al-Anshari
Ketiga kerajaan ini memasuki mas
kemunduran bahkan kehancuran ketika bangsa bangsa barat berhasil menguasai
seluruh system perdagangan dan politik pemerintahan, terutama Inggris,
Portugis, dan Perancis
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Ash Shallabi, 2014, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Jakarta, Pustaka Al Kautsar
H.Darsono,T
Tabrani,Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam,Solo,PT.Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri,2009
0 komentar:
Posting Komentar