makalah aliran aliran pendidikan
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Disusun oeh :
1.
Lili Shafdila N
2.
Kiki Novianti
3.
Annisa Safitri
4.
Ida Khoirunnisa’
5.
Nanik Isnatul R
6.
Novi Setiana
PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
Jalan Laksda Adisucipto, Depok, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas Ilmu Pendidikan.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui serta
menambah wawasan tentang “ ALIRAN- ALIRAN
PENDIDIKAN”. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Yogyakarta, Oktober 2016
Penulis
HALAMAN JUDUL …………………………………………… i
KATA PENGANTAR ................................................... ..……… ii
DAFTAR ISI …………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ................................................ …………. 1
B.
Rumusan
Masalah
.............................................................. .. 1
C.
Tujuan ………….………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Aliran-Aliran Klasik Pendidikan............................ ……….. 2
B.
Pengaruh Aliran-Aliran Klasik Di
Indonesia............... ……. 5
C.
Tonggak Pendidikan Di Indonesia.................................... .. 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan .......................................................................... 8
B.
Saran..................................................................................... 9
A.
Latar Belakang
Ilmu pendidikan berasal dari berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
dalam ilmu pendidikan ditemukan berbagai macam aliran. Adanya beragam aliran
ini disebabkan karena ilmu pendidikan berhubungan dengan manusia yang terus
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Disisi lain perkemangan manusia itu
sendiri menjadi objek studi para ahli, sehingga pendidikan tidak pernah luput
dari pemikiran para ilmuwan.
Dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran
tentang pendidikan telah dimulai sejak zaman Yunani Kuno sampai saat ini. Oleh
karena itu, bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik
dan pengaruhnya sampai saat ini. Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah
empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini
aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan
pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan masih
berpengaruh di berbagai negara. Di Indoneisa pemahaman tentang pendidikan
didasarkan pada dua tonggak penting pendidikan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana aliran-aliran klasik
pendidikan?
2.
Apa pengaruh aliran-aliran klasik
di Indonesia?
3.
Apa saja tonggak pendidikan di
Indonesia?
C.
Tujuan
1.
Untuk mempelajari aliran-aliran klasik pendidikan
2.
Untuk mengetahui pengaruh aliran klasik di Indonesia
3.
Untuk mengetahui tonggak pendidikan di Indonesia
A.
Aliran-Aliran
Klasik Pendidikan
1.
Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiris yang artinya pengalaman. Aliran ini
dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris, teorinya yang paling terkenal
adalah “Tabula Rasa” yang menyatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan adalah
seperti kertas putih atau meja lilin yang dapat ditulis atau dilukis menurut
kehendak hati.
Perumpamaan seorang anak yang dilahirkan seperti kertas putih menunjukkan
bahwa setiap kertas kososng atau putih akan sangat tergantung pada corak dan
tulisan yang digoreskan oleh lingkungannay. Doktrin tabula rasa ini memang
menekankan arti penting lingkungan. Dalam pengertian bahwa perkembangan manusia
semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan
tbakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Pengalaman
diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan.
Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan penting,
sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan dan anak menerima pendidikan
sebagai pengalaman. Pengalaman itulah yang akan membentuk tingkah laku, sikap
serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
2.
Nativisme
Nativisme berasal dari kata natives yang artinya terlahi. Tokoh utama
aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1869), seorang filosif Jerman.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh
faktor yang dibawa mausia seja lahir. Faktor lingkungan dan pendidikan menurut
aliran ini tidak berpengaruh dalam
perkembangan anak, karena baik buruknya seseorang ditentukan oleh pembawaan
sejak lahir.
Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh
individu itu sendiri. Nativisme berpendapat jika anak memiliki sifat jahat dari
lahi, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki sifat baik, ia
akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
sejak kecil tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
3.
Naturalisme
Naturalisme berasal dari kata nature yang berarti alam.
Aliran ini menyatakan setiap anak lahir di dunia mempunyai pembawaan yang baik
namun
pembawaan tesebut akan menjadi rusak karena lingkungan.Titik tekan aliran ini
adalah pada faktor lingkungan (alam) terhadap anak. Dengan pandangan yang
demikian, aliran ini sering disebut negativisme.
Pelopor aliran naturalisme
adalah JJ.Rosseau (1712-1778) seorang filosof Perancis. Dalam menjelaskan teori
ini JJ.Rosseau mengatakan “semua anak adalah baik pada waktu baru datang darri
sang pencipta, tetapi semua rusak ditangan manusia”. Oleh karena itu sebagai
pendidik JJ.Rosseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.
JJ.Rosseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa justru
dapat merusak sifat bawaan anak yang baik itu.
4.
Konvergensi
Aliran Konvergensi merupakan gabungan atau kombinasi dari aliran empirisme
dan nativisme. Pelopor aliran ini adalah William Stern (1871-1939) seorang ahli
pendidikan da Filosof Jerman. Menurutnya seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai sifat bawaan yang baik maupun buruk. Bakat yang tidak dibawa akan berkembang
dengan baik tanpa adanya dukungan dengan lingkungan yang sesuai untuk
mengembangkan bakat itu. Lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan
anak menjadi optimal.
Dengan demikian, menurut teori ini terkait dengan pendidikan menyatakan:
-
Pendidikan
penting dan sangat mungkin untuk dilaksanakan dalam
membentuk anak
-
Pendidikan
diartiika sebagai penolong yang diberikan lingkungan
kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan
mencegah berkembangnya potensi yang buruk
-
Hasil
pendidikan dibatasi oleh sifat bawaan dang lingkungannya.
-
Ahli ilmu
jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa perkembangan pribadi
manusia merupakan hasil konvergensi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah hereditas atau bawaan dan factor eksternal adalah lingkungan,
termasuk lingkungan pendidikan dan pembelajaran.
Menurut William
Stern, pembawaan baik atau buruk anak menyertai manusia ketika dliahirkan.
Karenanya, baik factor pembawaan maupun factor lingkungan mempunyai faktor yang
sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Dengan demikian, bakat
potensi yang inheren sejak anak dilahirkan tidak akan berkembanag secara
optimum tanpa perlakuan atau dukungan lingkungan yang optimum pula, sesuai
dengan perkembangan bakat atau potensinya. Sebaliknya, lingkunga yang baik
tidak berdaya bagi perkembangan anak, jika pada dirinya tidak terdapat bakat
atau potensi yang diperlukan bagi aktivitas pengembangan itu. Dari ilustrasi
tersebut tergambar bahwa interaksi antara bakat dan lingkungan menglahirkan
optimum perkembangan bakat dan perilaku anak. Dengan demikian, seperati yang
dikemukakan oleh William Stern, bahwa hasil pendidikan dan pembelajaran itu
tergantung interaksi antara pembawaan dan lingkungan.
Dari pendapat
William Stern tidak dapat dikatakan bahwa persoalan tentang pembawaan dan
lingkungan sudah selesai. Dalam aliran yang menganut hukum konvergensi masih
terdapat dua aliran yaitu aliran dalam yang lebih menekankan kepada pengaruh
pembawaaan daripada pengaruh lingkungan dan di pihak lain ada yang menekankan
pengaruh lingkungan atau pendidikan.
Jawaban dari
hukum konvergensi yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan
(merupakan hasil) dari dua buah factor, yaitu pembawaan dan lingkungan belumlah
tepat jika diperuntukkan manusia karena lebih tepat diperuntukkan terhadap
hewan. Selain itu jawaban dari konvergensi seolah-olah manusia hanya merupakan
hasil dari proses alam. Hal ini juga tentunya akan memudahkan pendidik yaitu
hanya dengan mengusahakan suatu lingkungan pendidikan yang baik dan sesuai. Hal
ini tidak benar, karena hewanlah yang cocok untuk ini. Karena hewan merupakan
hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya
ditentukan oleh kodrat, oleh hukum-hukum alam. Sedangkan manusia bukan hasil
belaka dari pembawaan dan lingkungannya; manusia tidak hanya diperkembangkan,
tetapi manusia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang
dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya dengan
bebas. Karena itulah, ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya; ia
dapat juga mengambil keputusan yang lain dari apa yang pernah diambilnya.
Proses
perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah
ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas
manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memankan
peranan juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari
pembawaan dan lingkungannya saja. Contoh: ada seorang anak yang mempunyai cacat
badan dan ia mempunyai perasaan rendah diri (M.C) dan pemalu. Kalau kita
katakana tentang anak itu: ia mempunyai perasaan kurang harga diri dan pemalu
karena ia mempunyai cacat badan, mungkin betul dan dapat kita setujui. Tetapi kalau
kita mengatakan bahwa badan yang cacat itu tentu menimbulkan perasaan kurang
harga diri dan pemalu, kita tidak membenarkan. Sebab, akibat-akibat dari cacat
itu semata-mata bergantung kepadabagaimana si anak itu mengalami cacatnya.
Mungkin juga adanya cacat bagi anak itu bahkan menjadi pendorong untuk
mempertinggi prestasi-prestasinya, sehingga setelah berhasil menjadikan anak
itu seorang yang berjiwa besar, tidak lekas putus-asa, dan tidak pemalu.
Seorang anak
dapat berkata-kata karena ia mempunyai pembawaan untuk berkata-kata, tetapi
karena ia mempunyai kesempatan melatih diri untuk berkata-kata (lingkungan).
Jika salah satu dari kedua factor itu tidak ada, tidaklahmungkin kepandaian
berkata-kata dapat berkembang. Tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia, dalam
perkembangan ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya dan adapula yang lebih
ditentukan oleh lingkungannya. Dari rumusan tersebut jelaslah bahwa tidak perlu
mempersoalkan manakah yang lebih kuat atau lebih menentukan di antara pembawaan
dan lingkungan terhadap perkembangan manusia. Biarpun demikian, dari peajaran
ilmu jiwa kita mengetahui bahwa kebanyakan para ahli psikologi individual
(antara lain Alfred Adle dan Kunkel) lebih menitikberatkan kepada pengaruh
lingkungan, sedangkan ahli-ali biologi dan ahli-ahli ilmu jiwa yang lain lebih
menekankan kepada kekuatan atau pengaruh pambawaan atau keturunan.
B.
Pengaruh Aliran-Aliran Klasik Di
Indonesia
Di
Indonesia telah diterapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan
tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai
kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
Kenyataannya
memang pengaruh empat aliran klasik pendidikan sudah cukup banyak membantu
tenaga pendidik di Indonesia untuk menemukan dan mengembangkan berbagai metode
dan model pembelajaan dalam mengembangkan kemampuan peserta didik. Akan tetapi
aliran-aliran ini cukup membuat terlena bagi pelaku dan praktisi pendidikan
sehigga berbagai bentuk formulasi pendidikan saat ini terkesan stagnan. Kondisi
inilah yang membuat beberapa pakar pendidikan termasuk Indonesia terus
melakukanpembenahan daam bentuk gerakan baru pendidikan.
Menurut
Tirtarahardja, ada empat point yang menjadi arah gerakan baru
pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu:
o
Pembelajaran
Alam Sekitar , yaitu gerakan yang mendekatkan anak dengan lingkungan
sekitarnya.
o
Pembelajaran
pusat perhatian, yaitu pembelajaran melaui pusat-pusat minat.
o
Sekolah
Kerja, yaitu mementingkan keterampilan dalam pendidikan, yang nantinya dapat
mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan.
o
Pembelajaran
Proyek, menekankan pada usaha untuk menumbuhkan kemampuan memandang dan
memecahkan persoalan secara komprehensif.
C.
Tonggak
Pendidikan Di Indonesia
Menurut
Tirtarahardja berbagai bentuk pengembangan pendidikan di Indonesia saat ini
tidak bisa dipisahkan dari dua aliran pokok pendidikan, yaitu Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Pendidikan INS Kayu Tanam. Menurutnya, kedua aliran
tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran pendidikan di Indonesia.
1.
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh KI Hajar Dewantara pada 3
Juli 1922 di Yogyakarta, dalam bentuk yayasan. Taman Siswa
memiliki asas-asas sebagai berikut:
-
Asas merdeka untuk mengatur dirinya
sendiri
-
Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)
-
Asas kerakyatan
-
Asas kekuatan sendiri
-
Asas berhamba kepada anak
Tujuan Taman Siswa:
·
Sebagai
badan perjuanagn kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai
·
Membangun
anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi
anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggungjaab atas keserasian bangsa, tanah air,
serta manusia pada umumnya.
Taman Siswa memiliki
dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu:
1.
Kemanusiaan:
Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
2.
Kodrat
hidup : Untuk
pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
3.
Kebangsaan
: Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum.
4.
Kebudayaan
: Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
5.
Kemerdekaan/kebebasan
: Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
Ki
Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:
1.
Ing
ngarsa sung tuladha : Memberikan teladan kepada peserta
didik ketika berada di depan.
2.
Ing
madya mangun karsa : Membangun semangat kepada peserta
didik ketika berada di tengah.
3.
Tut
wuri handayani : Mengarahkan peserta didik agar tidak
salah bertindak ketika berada di belakang.
Upaya-upaya
yang pernah dilakukan Taman Siswa yaitu menyiapkan peserta didik cerdas dan
memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman Siswa membentuk
pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan. Sedangkan hasil yang dicapai adalah
menemukan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai Sarjana Wiyata.
2.
INS (Indonesiche Nederlansce
School)
INS (Indonesiche
Nederlansce School) didirikan
oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini
mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah
Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak
peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang
dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
INS (Indonesiche
Nederlansce School) mempunyai
asas sebagai berikut:
a.
Berpiki
logis dan rasional
b.
Keaktifan
atau kegiatan
c.
Pendidikan
masyarakat
d.
Memperhatikan
pembawaan anak
e.
Menentang
intelektualisme
Adapun
tujuan INS
(Indonesiche Nederlansce School) adalah:
·
Mendidik
rakyat kearah kemerdekaan
·
Memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
·
Mendidik
para pemuda agar berguna untuk masyarakat
·
Menanamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggungjaab
·
Mengusahakan
kemandirian dalam pembiayaan
Usaha
yang dilakukan INS (Indonesiche Nederlansce School) antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang
pendidikan, menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan majalah
anak-anak Sendi, serta mencetak
buku-buku pelajaran. Kemudian hasil yang dicapai adalah gagasan tentang
pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan ), beberapa ruang
pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Aliran-aliran klasik pendidikan
ada 4, yaitu
v Empirisme, yaitu pengalaman
diperoleh
dari lingkungan dan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
v Nativisme, yaitu perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir.
v Naturalisme, yaitu menyatakan semua anak yang baru lahir mempunyai
pembawan baik. Namun pembawaan
yang baik itu akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan.
v Konvergensi, menyatakan bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
2.
Pengaruh aliran-aliran klasik di
Indonesia yaitu membantu tenaga pendidik di Indonesia untuk menemukan dan
mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaan dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik. Akan tetapi aliran-aliran ini cukup membuat terlena
bagi pelaku dan praktisi pendidikan
3.
Tonggak
pendidikan di Indonesia ada dua, yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan INS (Indonesiche
Nederlansce School)
B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, kami
berharap kepada pembaca,
khususnya para mahasiswa berikutnya
dapat mengembangkan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang
bersifat membangun,
agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi
Ahiri,Jafar.,Hafid,Anwar,.danHaq,Pendais,.2012.Konsep Dasar Ilmu
Pendidikan.Kendari:Alfabeta
Budiyanto,
M.2013. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Purwanto,
N.2011.Ilmu Pendidikan Teoretis dan
Praktis.Bandung:P.T Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar