MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM TIGA
KERAJAAN BESAR
Oleh:
Nanik Isnatul Rahmawati
16680045
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................................
B.
Tujuan...................................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Peradaban kerajaan Turki
Utsmani..........................................................
B.
Sejarah Peradaban kerajaan Safawi....................................................................
C.
Sejarah Peradaban kerajaan Mughol......................................................................
BAB
III
PENUTUP...............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah
peradaban tidaklah lepas dengan zaman keemasan dan zaman kehancuran, sama
halnya dengan takdir roda adakalnya di bawah dan adakalanya di atas,akan tetapi
proses perpindahan dari berada di bawah hingga berada diatas tidaklah hal yang
mudah, sama halnya degan perdaban islam proses permulaan yang dirintis oleh
nabi muhammad, di kembangkan khaliafaur rasyidin dan dinasti ummmayah, hingga
zaman keemasan bagi dunia pada periode dinasti abbasiyah dan dinasti ummayah
andalusia, berbagai kemajuan yang di dapatkan melalui lahirnya ilmuan-ilmuan
islam, akan tetapi zaman ini di kenal dengan zaman kegelapan di kalangan orang
barat, dan setelah zaman itulah islam mengalami kahancuran dengan tanda hancurnya dinasti abbasiyah di baghdad,
hal ini menjadi titik roda di atas bagi kalangan orang barat.
Dari sejarah
peradaban itulah islam mengalami kehancuran, akan tetapi dari zaman itulah
harus adanya kembali perintis dikalangan islam, dan munculnya kembali peradaban islam di tandai
dengan munculnya tiga kerajaan besar pada saat itu, kerajaan tersebut ialah
kerajaan turki utsmani, kerajaan mongol, dan kerajaan safawi.
Untuk memahami
bagaimana keadaan islam pada zaman tersebut, perlu kiranya adanya pendalaman
keilmuan yang dilakukan, oleh karena itu kami menyusun makalah ini sebagai
metode yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang ketiga kerajaan besar
tersebut.
B.
TUJUAN
1.
Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam tentang Kerjaan Turki Utsmani
2.
Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam pada masa Kerajaan Mongol.
3.
Dan Mengenbangkan pengetahuan peradaban islam periode Kerajaan
Safawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH PERADABAN KERAJAAN TURKI UTSMANI
1.
.Terbentuknya Khilafah Turki Utsmani Dan Era Perintisan..
Tatkala urhughril, ayah dari utsman,
melarikan diri bersama keluarganya yang berjumlah sekitar 100 keluarga
menghindarkan serangan orang-orang mongolia, tiba-tiba dia melihat dengan jelas
sebuah keributan. Tatkala mendekati lokasi keributan itu, disana dia mendapati
satu pertempuran sengit antara kaum muslimin dan orang nasrani. Ketika itu,
penduluan kemenangan berada di pihak orang-orang byzantium. Melihat kenyataan
tersebut, hati urtughril terdorong untuk menolong saudara-saudaranya kaum
muslimin. Bantuan ini ternyata menyebabkan kemenangan di pihak kaum muslimin
atas orang-orang nasrani.
Sesuai pertempuran, kemanndan
pasukan saljuk memberi penghargaan atas setiap sikap dan bantuan urtughril
bersama rombongan. Dia memberikan sebidang tanah di perbatasan romawi. Selain
itu, dia diberikan wewenang menaklukkan wilayah-wilayah yang telah berada di
bawah kekuasaan romawi.dengan demikian, pemerimntahan saljuk telah berhasil
membentk sekutu baru, dalam berjihad melawan orang-oran romawi. Persekutuan
antara saljuk dan negeri baru yang terjalin kuat, arena adanya satu musuh
bersama (common enemy).
Aliansi itu terus berjalin kuat
selama masa hidup urtaghril.urtagril sendiri meninggal tahun 699 H /1299 M.
Setelah meninggal dia digantikan oleh anaknua ustman, yang mana utsman lahir
pada tahun 656 H/1267 M . Utsman inilah yang menjadi nisbat (ikon) kekuasaan
khilafah utsmaniyah( yang di anggap sebagai pendiri khilafah utsmaniyah), lalu
setelah utsman meninggal digantikan oleh puteranya orkhan.
o
Sultan Orkhan Bin Utsmani
Adapun pencapaian yang dilakukan oleh orkhan:
·
Pembentukan tentara mujahidin baru( stiap 20% rampasan perang untuk
kemileteran)
·
Menerbitkan administrasi
·
Membangun masjid-masjid
·
Akademi-akademi ilmu pengetahuan.
·
Usaha untuk menguasai wilayah-wilayah byzantium.
o
Sultan Murad 1
Adapun
pencapaian yang dilakukan oleh murad 1:
·
Penaklukan andranople(kota kedua dari kekaisaran byzantium, yang di
jadikan sebagai ibu kota pemerintahan utsmani.
·
Penaklukan wilyah-wilayah(turaqiya,mwercedonia, bulgari, dan
serbia).
·
Memperluas wilayah hingga mencapai 5 kali lipat dari wilayah yang
di turunkan oleh ayahnya.
o
Sultan bayazid 1 (sang kilat)
Adapun
pencapaian yang dilakukan oleh Sultan bayazid 1:
·
Hubungan bilateral antara utsmani dan serbia
·
Pengepungan konstantinopel,(target utama dari bayazid dengan
terfokusnya dalam pengepungan itu tak terduga serangan dari sama-sama erajaan
muslim yaitu timurlenk)
o
Dari peperangan antara pasukan bayazid dan timurlenk, pasukan
bayazid mengalami kekalahan dan bayazid sendiri di tahan oleh tentara timurlek
hingga wafat setahun kemudian, belumpuas dengan kekalahan itu timurlenk mengadu
domba antara putra-putra bayazid hingga 10 tahun yang mana timurlenk hanya
menduduki utsmani selama 1 tahun, dar tragedi inilah membuat bani utsmani
murung dalam kesedihan berlarut-larut.
o
Sultan muhammad 1(pendiri kedua pemerintahan utsmani)
Sultan
muhammad mempunyai beberapa gelar:
·
“Pendiri kedua pemerintahan utsmani” diperoleh karena dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan saudara-saudranya.
·
“al bathol”(sang pahlawan)di dapatkan karena amal-amal sosialnya
·
“jalabi” ( kesatria, dan berani) yang diberikan oleh rakyatnya.
Pada masa ini
pula munculnya gerakan aliran sesat badruddin, tapi masalah ini dapat di atasi
dan badruddin di jatuhi hukuman mati dengan dipacung di bawah kilatan pedang
tajam.
o
Sultan murad II
Pada masa ini
terjadi kekalahan perang tentara utsmani melawan pasukan silabis yang
menyebabkan kerugian besar khilafah utsmani( perjanjian antara utsmani dan
silabis), kejadian menyababkan murud mundur dari posisi sultan dan meenyerahkan
kepada anaknya muhammad (masih berusia 14 tahun).
Pasukan bilabis
membatalkan perjanjian itu di karenakan berbagai hal, dan akan mengusir
orang-orang islam di eropa sehingga menyebabkan ketakutan yang luar biasa maka
keluarlah sultan murad II dari pengasingannya dan dapat menstabilkan keadaan
tersebut, mundurnya murad II dari posisi sultan tejadi hinnga dua kali dan
ahirnyapun mnduduki tahta lagi.
2. Kepemimpinan
Muhammad Al Fatih Dan Penaklukan Konstatinopel.
Pada masa ini
adalah masa dimana cita-cita menaklukan konstatinopel,karena konstatinopel
memilik posisi terpenting di mata dunia pada saat itu sehingga pada masa
kepemimpinan muhammad al fatih ini dipenuhi dengan persiapan penaklukan
konstatinopel, di antaranya:
·
Memperkuat kekuatan mileter utsmani baik dari segi jumlah,
memperkuat pelatihan,memperkuat pasukan dengan para ulama, dari infrasruktur
angkatan perang senjata mutakhir,
srategi canggih, dan membangun benteng romali hishar.
·
Memperhatikan sisi ruhiyah dan penanaman semangat jihad dalam
pasukan.
·
Melakukan kesepakatan dengan negara rival yang bertujuan agar bisa
berkonsentrasi menghadapi satu musuh.
Dan berkobarlah
perang, dipertengahan perang tersebut sultan mempunyai ide jenius yang mana di
juluki sebagai “maha karya besar di dunia meliter” yaitu memindahkan
kapal-kapal dari pangkalan armada utsman di bayskatasy ke tanduk emas, dimana
antara pelabuhan ini terpisah dengan daratan yang luas. Dan rencana ini
menggunakan kayu yang di minyak danlemak sehingga rencana ini berhasil hanya
dengan satu malam dengan jumlah kapal lebih dari 70 kapal.dan hal ini membuat
orang byzantium kaget dan tak seorangpun percaya akan ihal tersebut. Setelah
itu usaha-usaha yang di lakukan sultan muhammad al fatih:
·
Strategi peang urat syaraf
·
Strategi membuat trowongan
·
Srategi membuat benteng bergerak dari kayu
Hal- hal
tersebutlah yang mengantarkan khilafah utsmani menaklukkan konstatinopel.
3. Masa Tanzimat (1839-1876 M)
Tanzimat
merupakan suatu gerakan pembaharuan sebagai kelanjutan dari kemajuan yang telah
dilakukan oleh Sultan Sulaiman (1520-1566 M) yang termasyhur dengan nama al-Qanuni.
Namun pembaharuan yang sebenarnya lebih membekas dan berpengaruh pada masa
Sultan Mahmud II (1808-1839 M).14 Ia memusatkan perhatiannya pada berbagai
perubahan internal diantaranya dalam organisasi pemerintahan dan hukum.
Dikotomi lembaga peradilan pada masa Sultan
Mahmud II memberikan indikasi sudah adanya pemisahan urusan agama dan urusan
dunia. Kemunculan tanzimat dilatarbelakangi oleh:
1. Khusus bidang hukum terjadinya
persentuhan hukum Barat dan hukum Islam
2. Muncul para tokoh tanzimat17 yang
ingin membatasi kekuasaan Sultan yang absolut.18
Disamping
itu pada masa ini kondisi masyarakat terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1.Tradisional, yang mempertahankan dan membangun
pemikiran berdasarkan fiqh dan berpijak pada mazhab yang ada. Karena fiqh
dianggap telah mapan dan sempurna sehingga
mereka berpendapat mazhab ini harus dikembangkan dan disosialisasikan.
2. Modernisme, yang menawarkan agar fiqh perlu
diseleksi dan dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
3. Reformasi, melontarkan gagasan, bahwa fiqh yang
ada tidak mampu merespon berbagai perkembangan yang muncul sebagai akses
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang multi dimensionalitas. Oleh
karena itu diperlukan fiqh baru, yang menafsirkan nash secara
kontekstual.19
Agaknya
keadaan masyarakat ini juga mempengaruhi munculnya pembaharuan lebih-lebih
lapisan modernisme dan reformasi. Realisasi pembaharuan ini dimulai dengan
diumumkannya Piagam Gulhane (Khatt-i Syarif Gulhane) pada
tanggal 3 Nopember 1839 M, kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Piagam Humayun (Khatt-i Syarif al-Humayun)pada tahun 1856 M.20
Gerakan ini terjadi pada masa Sultan Abdul Majid (1839-1861 M) putra Sultan
Mahmud II. Piagam Gulhane berisikan berbagai bentuk perubahan yang pada masa
permulaan kerajan Turki Usmani, syari’at Islam dan Undang-undang Negara
dipatuhi, sehingga negara menjadi kokoh dan kuat. Untuk kembali pada masa
tersebut, maka perlu diadakan perubahan-perubahan yang membawa kepada
pemerintahan yang baik, yaitu:
1. Terjaminnya ketentraman hidup,
harta kehormatan dan warga negara.
2. Peraturan mengenai pemungutan
pajak.
3. Peraturan mengenai kewajiban dan
lamanya dinas meliter
B.
PERADABAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
1. Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai
puncak kejayaannya, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada
kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Safawi ini terus di
pertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadi suatu gerakan politik dan menjadi
sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan
Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani (Yatim, 1998:138).
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua
kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan
ini menyatakan sebagai penganut Syi'ah dan dijadikan sebagai madzhab negara.
Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama
terbentuknya negara Iran dewasa ini .
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan
tarekat yang berdiri di daerah Ardabil kota Azerbaijan (Holt dkk, 1970:394).
Tarekat ini bernama Safawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah
satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Pada awalnya tarekat ini
bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi
orang-orang ahli bid'ah (Hamka, 1981:79). Tarekat ini menjadi semakin penting
setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah)
sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya
keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan
ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi'ah). Karena itu, lama
kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik
dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari prajurit akhirnya mereka memasuki
Dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi
memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan
penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki, yang
akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di
tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AKKoyunlu,
juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu
menguasai sebagian besar Persia (Holt, 1970:396).
Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil
tapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang
dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran
tersebut (Brockelman, 1974:494). Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar
secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun
Hasan dan lahirlah Isma'il yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi
di Persia dan mengatakan bahwa Syi'ahlah yang resmi dijadikan mazdhab kerajaan
ini. Kerajaan inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran
(Yatim, 2003:139-140).
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh
Haidar di pandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu setelah ia menang dari
Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia
dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan,
sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh (Holt, 1970:396). Ali, putera dan
pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian
ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya'kub pemimpin AK Koyunlu
menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya
di Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu
dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah dapat
dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam
berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M) (Holt,
1970:397).
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan
Safawi di serahkan pada Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya
bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di
persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih)
di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan
mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja
pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I (Brockelmann, 1974:398).
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun
pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) .
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi
politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke
daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail berusaha merebut dan
mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi dalam
peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang di pimpin
oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan
pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer
Turki di negerinya (Hassan, 1989:337).
Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan
kepercayaan diri Ismail. Akibatnya dia berubah, dia lebih senang menyendiri,
menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan itu berdampak negatif bagi
kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh
untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusuku Turki, pejabat
keturunan Persia dan Qizibash (Yatim, 2003:142).
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I,
peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa
pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami
kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan
Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari
dalam kerajaan Safawi sendiri.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)